Minggu, 25 Maret 2012

Kreatifitas Mahasiswa Baru Menghadapi Ospek

Dramaga - Bogor, 28 Februari 2012.

Banyak istilah-istilah atau sebutan muncul di berbagai tempat untuk menyatakan suatu kegiatan yang akrab dikenal dengan sebutan ospek. Ospek bagiku merupakan ajang penempaan dan persiapan bagi mahasiswa baru (maba) untuk menghadapi dunia kampus yang baru akan dicicipinya. Selain itu, ospek akan menanamkan nilai-nilai penting yang harus dimiliki mahasiswa agar menjadi pribadi yang baik, sukses dalam menempuh pendidikan di kampus, menjadi orang tangguh dalam mengarungi kehidupan nyata nantinya, serta yang jelas mengenalkan lingkungan kampus yang bersangkutan dan mengakrabkan diri dengan para senior. Ospek tidak harus melalui aksi-aksi kekerasan yang mengutamakan senioritas seperti jaman dahulu lagi. Ospek adalah kegiatan penanaman beragam nilai positif yang harus dimiliki dan dikembangkan seseorang utamanya maba. Sekali lagi tidak dengan cara kekerasan, namun lebih mengutamakan motivasi pembelajaran dan penanaman nilai yang dapat dikemas melalui talkshow, pembekalan materi, outbond, team building, dan sebagainya.
Ospek yang pernah aku alami di kampusku memang lebih mengutamakan kedekatan psikologi dan penanaman nilai-nilai secara baik, jauh dari adanya kekerasan, bahkan kontak fisik kecil pun dijauhi oleh para panitia. Ospek yang pernah aku alami sebanyak tiga kali di kampusku, pertama ospek angkatan yang diikuti seluruh mahasiswa baru di tahun pertama. Dua ospek lainnya adalah ospek fakultas dan jurusan yang aku ikuti di tahun keduaku di kampus. Kampusku memang jauh dari kekerasan dan mengutamakan penanaman nilai-nilai positif kepada maba untuk siap menghadapi kehidupan kampus dan kehidupan nyata nantinya. Yang terberat dalam ospek di kampusku hanya masalah lari karena untuk mobilisasi masa agar tidak memakan waktu lama. Terasa berat karena memang aku tidak terbiasa lari jarak jauh dan medan yang dilalui di kampusku naik turun. Jika tidak berlari maka banyak waktu terbuang untuk mobilisasi massa saja. Bayangkan berapa lama waktu memobilisasi 3600 barisan mahasiswa ke suatu tempat jika dengan berjalan. Lari pun, tidak berlari kencang namun cenderung jogging dan tidak selama mobilisasi sepenuhnya harus berlari.
Ospek yang dianggap sebagian besar mahasiswa baru sebagai hal yang mengerikan karena trauma senioritas pada ospek dari cerita-cerita yang berkembang di masyarakat. Namun ospek yang dianggap menakutkan ini pasti tak luput juga dari kejadian-kejadian lucu dan menarik baik dari senior (penyelenggara ospek) dan mahasiswa baru sebagai peserta ospek. Ya hal-hal ini terkadang terjadi pada saat tak disangka dan mengundang gelak tawa yang tak terhindarkan dari suasana kaku yang diciptakan oleh para panitia pelaksana kegiatan ospek.  Cerita-cerita ini yang pernah aku alami dan sebenarnya karena semalam aku bermimpi tentang salah satu kejadian yang pernah aku alami dan menggugahku untuk menulis tentang kreatifitas maba di ospek. Berikut beberapa macam kreatifitas yang pernah aku alami selama menjalani syarat-syarat mengikuti ospek.
a.      Syarat pakai T-shirt berwarna dan polos (tidak boleh ada motif sekecil apapun) untuk outbond.
Ini pertama kali aku ikut ospek di kampus, dan celakanya aku tidak punya T-shirt polos sama sekali, berusaha mencari pinjaman juga sedang digunakan semua. Beli? wahh inget status lagi mahasiswa. Akhirnya sepakat dengan beberapa teman, oke kita kenakan baju secara terbalik saja, haha yang penting polos walau terkadang ditertawakan juga, ya yang penting tidak melanggar aturan..hehe
b.      Syarat Sepatu Hitam Polos
Sepatu polos kebetulan aku punya, namun yang aku lihat dari rekan-rekan yang lain, ada yang beli baru, ada yang menyemir hitam sepatunya walau warna sepatunya ada yang tidak hitam, ada yang mewarnai bagian sepatu yang tidak hitam dengan spidol marker atau dengan pulpen (yang pake pulpen ini harus telaten hehe), dan yang paling mengesankan buatku adalah menutupi permukaan luar sepatu dengan lakban supaya nampak hitam. Dan yang lebih aneh lagi, membungkus sepatunya dengan menggunakan kantong kresek berwarna hitam.. astagaa... yang penting tidak menyalahi aturan yang telah ditetapkan panitia.
Pamer sepatu berlakban

c.       Syarat Mengenakan Tabir Surya Petani
Ini merupakan ciri khas ospek kampusku untuk maba di tahun pertama. Tabir surya petani yang dimaksud adalah caping para petani. Caping begitu mudah didapat di kampusku pada tahun masuk mahasiswa baru, namun sempat terlintas ide untuk membuat caping “palsu” sendiri dari kertas karton dan dilapisi plastik yang dibentuk menyerupai caping. Namun untuk ide untuk lucu-lucuan ini tidak benar-benar aku laksanakan karena banyaknya caping asli bergelimpangan di asrama dari para pendahulu.
d.      Syarat Rambut Pria 3 2 1 (Atas 3 cm, belakang 2 cm, samping 1 cm)
Sebutan lain dari syarat ini adalah rambut harus plontos. Namanya mahasiswa yang jauh dari rumah dan harus menghemat sebisa mungkin pengeluaran, dan bayangkan antriannya jika seluruh maba ke tukang pangkas rambut atau salon yang ada, bisa-bisa hanya membuang waktu lama untuk antri. Alasan lainnya karena memang maba belum tahu  dimana letak-letak tukang potong rambut. Akhirnya banyak maba sama-sama cukur di lapangan di tengah-tengah asrama dan dicukur oleh sesama maba. Lokasi pencukuran masal ini ada yang berlokasi di depan jendela kamar asramaku (tahun pertama di kampusku wajib menghuni asrama mahasiswa), dari situ terdengar perbincangan yang membuat aku dan teman-teman sekamarku (satu kamar empat orang) tersenyum dan tertawa. Sebut saja kedua orang yang berdialog adalah Paijo dan Paino, Paijo yang mencukur dan Paino yang dicukur.
Paijo : “yahh yahh No, pala lo pitak No”
Paino : “yahh gimana sih Jo, yang bener dong!!”
Paijo : “ Ah lo sih ga bisa diem kepalanya!”
Paino : “Abis pegel dari tadi lo ga kelar-kelar, udah cepetan dirapihin aja” sambil agak marah terhadap Paijo.
Paijo : “yahh susah No Paino, ini uda terlalu dalem dan lumayan gedhe pitaknya, masa mau disambung? udah gini aja deh, lo nanti pitakin juga aja kepala gw biar impas dan ga ribet”
*maklum banyak pencukur rambut amatir dadakan bermunculan di asrama menjelang ospek, termasuk aku. Namun kreatifitas muncul dari sini, termasuk seni memitak’in kepala teman.. hahaha
e.       Syarat Kemeja Lengan Panjang Garis-garis Berdasi
Syarat yang lagi-lagi tidak aku punyai ini terjadi pada ospek fakultas. Aku tidak punya kemeja pajang garis-garis, sudah berusaha mencari pinjaman kesana-kemari tidak menemukannya juga, dan masih disibukkan oleh tugas lain baik pribadi maupun kelompok. Sampai larut malam masih belum ada juga kemeja garis-garis yang akan aku kenakan untuk esok pagi. Dan aku sampai malam baru sampai di kost karena harus kumpul dulu dengan anggota kelompokku yang lain.
Sampai di kost aku yang sudah terlanjur mengatakan kepada anggota kelompokku yang lain “Sudah tenang aja, kemejaku ga usah dipikirin dulu, yang penting tugas-tugas kelompok selesai dan persyaratan pribadi lainnya terpenuhi” jadi aku harus menemukan solusinya sendiri. Mau cari pinjaman temen kost sudah tidak memungkinkan karena sudah larut, akhirnya aku memutuskan oke sekali-kali melanggar peraturan dihukum juga gapapa, ospek ga dihukum gak seru juga. Namun akhirnya aku punya ide, ya aku keluarkan kemeja hijau polosku, ambil pensil dan penggaris. Aku garisin untuk percobaan aku mulai garisi dari atas ke bawah pada bagian saku kemeja. Sambil tersenyum geli, ya oke kayaknya. Niat awal ingin membuat garis di seluruh kemeja namun berfikir kembali nanti susah untuk menghapusnya, akhirnya hanya di bagian saku itu saja yang aku berikan garis-garis lurus menggunakan pensil.
Esok pagi datang, dan aku pun mengenakan kemeja hijau polosku dengan garis-garis pensil di bagian saku. Pemeriksaan persyaratan pun mulai dilakukan, yang melanggar memisahkan diri dari barisan, lumayan juga yang memisahkan diri dan mayoritas mahasiswa pria termasuk aku yang disuruh memisahkan diri karena kemejaku. Beberapa peserta juga memisahkan diri nampak mengenakan kemeja polos. Dalam hati oke akhirnya dapet hukuman di ospek hehe. Pada saat introgasi, majulah kakak komdis (komisi disiplin) reguku, dan menanyakan dengan galaknya “Kenapa kamu pakai kemeja polos bukan garis-garis?” dan dengan polosnya aku jawab “Kak maaf Kak, ini (sambil menunjuk bagian saku kemeja) sudah saya kasih garis pakai pensil Kak”. Dan tanpa aku duga sang kakak komdis yang cantik namun berakting galak ini pun tersenyum sambil menahan tawa menyadari hasil karyaku. Lalu kemudian berkata “oke Saya tanyakan dulu ke komdis kelompok besar”. Beberapa saat kemudian Kakak Komdis kelompok besar pun datang dan setelah mengetahui masalahnya dia berkata “Tanya saja ke Koordinator Komdis”. Sang Kakak komdisku pun menghampiri koordinator komdis yang sedang galak-galaknya saat itu. Setelah terlihat bercakap-cakap dan sang koordinator pun menganggukan kepala tanda aku diangap tidak melanggar peraturan, yahh ga jadi dihukum.. hehe. Yang penting kreatif dan ga menyalahi aturan. Selesai ospek pun kemeja aku cuci dan untung garis-garisnya masih bisa dihilangkan.
f.       Lagi-lagi syarat rambut pendek
Bagi sebagian pria memang enggan untuk merapihkan atau memotong rambutnya, apalagi hanya untuk memenuhi syarat ospek yang harus pendek rapi. Ospek fakultas di tahun kedua ini sebenarnya lebih ringan tidak harus plontos, hanya mensyaratkan rambut pendek rapi, tidak menyentuh kerah baju, kuping, dan alis. Tapi masih ada aja yang ga mau potong rambut. Alasannya pun beragam. Segala jurus mengelak pun dilakukan agar tidak dipotong paksa oleh panitia. Ada juga yang sudah hendak digunting rambutnya oleh panitia mengatakan “ets, bisa dipercaya gak nih motongnya?” dan kemudian berdebat lagi lalu baru dipotong. Ada juga yang menolak bahkan kabarnya menangis karena rambutnya di potong paksa karena sebelumnya rambutnya selesai dilakukan perawatan yang menghabiskan dana lumayan. Hehe ada-ada saja memang.
Ada juga alasan yang paling diingat dan tidak dianjurkan untuk ditiru kreatifitasnya dalam hal menolak untuk potong rambut. Sekali lagi saya pesankan sebaiknya jangan ditiru, don’t try this at campuss. Ya salah satu rekan saya menolak untuk dicukur rambutnya sampai-sampai membawa surat dokter untuk menjelaskan bahwa  dia sakit. Dan penyakit yang dia akui adalah penyakit sejenis Skizofrenia (untuk jenis penyakit yang dia sebutkan, tidak ingat secara pasti apa jenis penyakitnya), yakni jenis penyakit yang kulit kepala tidak tahan terhadap sinar matahari secara langsung. Ya dia menyebutkan jenis penyakit yang asing di telinga orang, sehingga membuat panitia pun bingung karena tidak mengetahui jenis penyakit itu dan akhirnya mempercayainya. Untuk surat sakit disini adalah surat sakit biasa tidak menyebutkan jenis penyakitnya. Hasilnya temanku ini tidak dipotong paksa rambutnya namun diminta untuk meminta maaf di depan forum peserta dan panitia ospek karena tidak dapat memotong rambutnya dan menjelaskan tentang penyakitnya. Jenis penyakit yang disebutkannya diperoleh dari internet dan mempelajarinya terlebih dahulu. Kreatif memang dan mungkin terlalu kreatif sehingga terbebas dari pencukuran paksa karena jenis penyakit yang asing di telinga peserta dan panitia ospek. Hehe namun sekali lagi dipesankan don’t try this at campuss. Merapihkan rambut untuk tampilan yang lebih baik juga bukan untuk mengerjai peserta ospek tapi untuk kepentingan diri sendiri agar terlihat lebih rapih. J

Ospek memang terkesan menakutkan bagi yang belum pernah mengalaminya, namun sebenarnya banyak juga kejadian-kejadian lucu nan menarik dan pasti ada saja kreatifitas dari maba peserta ospek untuk memenuhi keinginan panitia ospek. Berusaha sebisa mungkin memenuhi persyaratan ospek yang terkadang nyeleneh dan bisa ditangapi dengan lebih nyeleneh lagi. Itu tadi beberapa kreatifitas lucu dari maba yang pernah aku alami, dan aku yakin pasti lebih banyak lagi kreatifitas lain dari kampus-kampus lain dan ospek-ospek lain dalam menghadapi persyaratan ospek yang banyak. Namun persyaratan itu pasti untuk membentuk karakter kita sendiri dan pasti ada manfaatnya. Jika berkenan teman-teman lain bisa berbagi kreatifitas-kreatifitas peserta ospek yang pernah muncul dan bisa di share juga. Mungkin bisa dikirim ke kotak email hergha@gmail.com yang mungkin suatu saat nanti bisa di share kepada yang lain juga. Kembangakn kreatifitas yang kita miliki agar kemampuan kita dapat terus terasah dan menjadi nilai tambah tersendiri untuk diri kita. Selamat berkreasi..



Artikel Lainnya :
Target Rendah Hasilnya Tidak Maksimal
KELEMAHAN BUKAN UNTUK SELAMANYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar