Minggu, 25 Maret 2012

Target Rendah Hasilnya Tidak Maksimal


Dramaga - Bogor, 28 Februari 2012.
Target merupakan tujuan awal yang akan diusahakan untuk menjadi hal yang nyata. Jika target sudah ditetapkan, sebisa mungkin target tersebut dapat tercapai dan tentunya harus dengan kerja keras dan pengorbanan. Dalam penentuan target ada dua pemahaman yang menjadi patokan dalam keseharian, yakni target tidak perlu terlalu muluk-muluk supaya mudah tecapai dan target ditentukan setinggi-tingginya. Pribadi ini lebih memilih pemahaman yang kedua karena sebenarnya dari kecil kita sudah diajarkan untuk mempunyai cita-cita setinggi langit. Jika bisa bermimpi besar kenapa harus dibatasi hanya boleh membayangkan sesuatu yang kecil saja.
Mimpi-mimpi atau target yang tinggi otomatis mendorong kita untuk berjuang lebih gigih dalam berusaha mewujudkannya.
Sedangkan target yang rendah cenderung membuat meremehkan dan berbuat seadanya. Hal ini dapat tergambar dari dua pengalaman bermain sepak bola yang pernah aku lalui. Sebelum kick off pertandingan dilakukan tim pada peristiwa yang pertama adalah “Kalah menang gapapa, yang penting bermain santai” dan pada peristiwa kedua “Seri aja cukup untuk kita lolos”. Hasilnya? Pertandingan menyatakan bahwa tim yang aku bela harus mengalami kekalahan karena memang tidak terlihat perjuangan untuk memperoleh kemenangan pada pertandingan-pertandingan tersebut.
Peristiwa pertama adalah pertandingan antar kelas di tahun 2005, yang mempertemukan kelasku dengan kelas unggulan di kompetisi Liga Smasa musim tersebut. Tim lawan bermaterikan materi pemain yang membela timnas sekolahku, sedangkan tim kami hanya bermaterikan pemain seadanya yang dibilang kemampuan berada jauh di bawah tim lawan. Sejak awal kapten tim kami (Teguh) mengatakan “Kalah menang gapapa, yang penting bermain santai” dan tim kami pun mengamininya kemudian berteriak jargon kami “IA3 BISA”. Selain karena menghadapi tim besar, alasan lainnya yang mendasari perkataan itu adalah kondisi lapangan yang sedang tidak bersahabat di musim hujan, semuanya penuh dengan lumpur.  Sempat terdengar juga lontaran kata-kata bahwa jadi runner-up grup juga sudah cukup untuk lolos ke babak semifinal. Saat pertandingan pun kami terkesan bermain santai dan asal-asalan tidak ada motivasi untuk menyuguhkan permainan bola yang menawan apalagi menyuguhkan perlawanan yang sengit. Hasil akhir pun berkata kami kalah empat gol tanpa balas dari tim unggulan itu. Namun demikian kami bisa lolos juga sampai Final dan memenangi kompetisi, karena setelah kekalahan ini semangat kami berlipat untuk keluar menjadi juara (kisah menjadi juara akan di ceritakan pada tulisan lain).
Peristiwa kedua adalah terjadi kemarin malam (27/02/2012) dalam laga penentuan yang lolos ke babak final dari ajang departemen (jurusan) yang mempertemukan antar angkatan. Lawannya adalah angkatan dibawah kami, namun dengan semangat muda dan energi yang masih sangat prima serta dikenal dengan permainan bola yang rapi. Opini yang mengemuka adalah seri saja cukup untuk masuk Final. Namun sebelum pertandingan ku coba yakinkan diriku untuk dapat meraih kemenangan dalam partai ini, demikian juga rekan-rekan yang lainnya. Pertandingan pun berjalan baik pada babak pertama kami bisa unggul 2 – 1, dengan aku sebagai kiper juga bersemangat karena mempunyai target clean sheet untuk partai ini. Aku pun mengatakan pada diriku sendiri aku bermain bagus pada babak pertama dengan tercatat paling tidak dua penyelamatan gemilang, salah satunya adalah memblok tendangan keras saat berhadapan dengan dua pemain lawan di kota penalti yang sudah lolos dari barisan pertahanan kami. Meski unggul di babak pertama namun aku tidak merasakan greget permainan dari tim kami termasuk aku sendiri tidak seperti pada pertandingan sebelumnya yang berjibaku untuk meraih kemenangan walau hasil akhirnya seri namun perjuangan untuk memenangkan pertandingan sangat terasa dan kami puas akan permainan itu walau tidak dengan hasilnya.
Babak kedua berjalan tidak sesuai keinginan, kami yang tampil kurang greget akhirnya diserang terus menuerus dan tim lawanpun menemukan permainan terbaiknya dengan umpan-umpan pendek dan cepat serta dari kedua sisi lapangan. Hasilnya kedudukan berbalik mejadi 2 – 4, lawanpun mengendurkan serangan dan kami berhasil menyamakan kedudukan 4 – 4. Ya saat itu aku berharap, yak sudah cukup seri saja dan menanyakan waktu tersisa empat menit lagi. Namun sial berawal dari tendangan bebas yang gagal aku antisipasi, tendangan menyusur tanah yang aku berharap membentur kaki pagar betis, namun ternyata lolos di bawah kaki dan akupun baru menyadari saat bola sudah berada didepan garis gawang, antisipasiku mengena bola, namun bola masih meluncur ke dalam gawang. Dari situ konsentrasi mulai goyah, salah komunikasi, kemudian penyerang lawan tinggal berhadapan satu lawan satu denganku, dan gol tercipta lagi untuk lawan 4 – 6 kami tertinggal. Sampai akhir tak ada lagi gol yang tercipta. Aku pun setuju aku bermain jelek di babak kedua sehingga lima gol bersarang di gawangku pada babak kedua ini
Aku pun teringat Final Liga Champion Eropa 2005 yang dihelat di stadion Kemal Ataturk - Istanbul Turki mempertemukan Liverpool dan AC Milan. Dua tim unggulanku (seperti yang diungkapkan di tulisan Congratulation Liverpool, Nice Game Cardiff City), namun untuk final ini aku lebih memprioritaskan mendukung AC Milan karena memang AC Milan adalah tim utama yang aku dukung selain Real Madrid, Liverpool, dan Persipro. Babak pertama berhasil dikuasai oleh AC Milan dengan gol di menit pertama oleh sang kapten Paolo Maldini, kemudian ditambah dua gol dari Hernan Crespo. Jeda pertandingan pun aku berfikir yah tinggal bertahan saja di babak kedua, dan menurut berita media-media pun menyebutkan kala itu kubu AC Milan pun sudah berpesta sembari berteriak-teriak menyambut kemenangan yang dianggap akan diperolehnya. Kubu AC Milan pun memutuskan untuk lebih terfokus dalam pertahanan di babak kedua dan tidak lagi mengutamakan serangan. Berbeda di kubu Liverpool yang memasuki kamar ganti dengan kepala tertunduk menyambut hasil yang mereka peroleh di babak pertama.
Babak kedua pun berlangsung dan kehebatan dari Liverpool ternyata muncul dan jadi malapetaka bagi kubu AC Milan. Liverpool tampil sangat bersemangat sehingga pada menit 54 kapten Liverpool Steven Gerrard mencetak gol dan kemudian melakukan selebrasi yang memompa semangat Liverpool. Hanya butuh waktu 15 menit saja Liverpool dengan sangat mengejutkan bisa menyamakan kududukan melalui gol Vladimir Smicer dan Xabi Alonso yang berawal muntahan tendangan penaltinya. Luar biasa dan akhirnya Liverpool menjadi juara Liga Champion Eropa 2005 setelah menang 3-2 (agregat 6-5) dalam babak adu penalti. Final dramatis nan seru ini pun diabadikan dalam film berjudul “Fifteen Minutes That Shook The World”. Kata-kata ajaib dari Rafael Benitez sang pelatih Liverpool saat itu yang merancang strategi dan membangkitkan kekuatan punggawa Liverpool yang tertunduk saat jeda pertandingan.
Dari beberapa peristiwa olahraga itu mungkin dapat diambil pelajaran untuk penetapan target seharusnya dapat dilakukan semaksimal mungkin hingga hasil yang diperoleh pun dapat maksimal. Bukan memilih untuk menetapkan target minimal karena hasil terkadang tidak sesuai dengan yang kita inginkan, namun biasanya sebanding dengan apa yang kita perjuangkan. Menentukan target besar akan membawa kita untuk melakukan hal-hal besar. Terkadang jika hasilnya tidak sesuai dengan keinginan pun tidak terlalu jauh dari targetnya mengingat perjuangan gigih untuk mewujudkan sesuatu yang besar. Hal ini lebih baik daripada menetapkan target rendah yang terlihat mudah melakukannya namun terkesan diremehkan dan nyatanya tidak terwujud sama sekali.
Teringat perkataan Mas Randi Swandaru seorang ketua BEM-ku yang pernah menceritakan jika punya mimpi sebaiknya utamakan mimpi yang besar-besar terlebih dahulu nanti mimpi-mimpi sedang dan yang kecil akan mengikuti dengan sendirinya. Dia menyampaikan mimpi-mimpi bagaikan batu, kerikil, dan pasir. Analoginya adalah cara memasukkan ketiga benda tersebut ke dalam suatu wadah. Jika cara memasukkannya dengan cara yang terkecil terlebih dahulu yakni pasir maka wadah yang tersedia akan penuh dengan pasir terlebih dahulu sehingga kerikil akan susah untuk dimasukkan ke dalam wadah terlebih batu-batu besar. Hasilnya akan lebih maksimal jika batu-batu besar dimasukkan terlebih dahulu sehingga kerikil-kerikil masih memungkinkan untuk dimasukkan serta pasir dapat dimasukkan juga dengan mengisi rongga-rongga dan celah-celah diantara batu-batu besar dan wadah pun terisi penuh oleh ketiga benda tersebut.
Jika kita mengutamakan untuk mewujudkan mimpi-mimpi kecil, maka kita akan disibukkan untuk menyelesaikan dan upaya untuk mimpi-mimpi kecil itu dan mimpi-mimpi besar yang merupakan misi utama akan terlupakan. Sedangkan sebaliknya jika kita fokus untuk mewujudkan target-target besar dalam hidup kita, maka jika tujuan tersebut terwujud, maka mimpi-mimpi kecil bahkan yang tidak masuk dalam hitungan akan secara mengejutkan atau tanpa disadari akan terwujud dan menghampiri kehidupan kita. Tetap semangat untuk mewujudkan mimpi-mimpi, serta tidak berhenti dan tidak takut untuk bermimpi karena suatu saat mimpi-mimpi itu akan menjadi kenyataan. Jika mau mengingat-ingat ke masa lalu, maka tanpa kita sadari beberapa keinginan kita di masa lampau sudah kita dapatkan pada kehidupan kita yang sekarang. Mari berani untuk bermimpi dan berusaha mewujudkan mimpi itu bersama-sama.
NB : Pada saat di kamar ganti Rafael Benitez yang berada di tengah-tengah pemain Liverpool mengatakan “Jangan tundukkan kepala kalian. Kita Liverpool. Kalian jangan lupakan itu. Kalian harus tetap menegakkan kepala kalian untuk suporter. Kalian harus melakukannya untuk mereka. Kalian tak pantas menyebut kalian pemain Liverpool kalau kepala kalian tertunduk. Kalau kita menciptakan peluang kita berpeluang bangkit dalam pertandingan ini. Percayalah kalian mampu melakukannya. Berikan kesempatan untuk kalian sendiri untuk keluar sebagai pahlawan”.


Artikel Lainnya :
Kreatifitas Mahasiswa Baru Menghadapi Ospek
KELEMAHAN BUKAN UNTUK SELAMANYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar