Senin, 25 Juni 2012

Wujudkan Kampanye “BERSIH”


Bintaro, 24 Juni 2012.
Masa kampanye Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta dimulai. Peserta kampanye akan berlomba-lomba untuk menampilkan berbagai macam atribut kampanyenya. Mulai dari poster, baliho, spanduk, banner, bendera, stiker, poster, dan sebagainya akan meramaikan seluruh daerah kampanye. Setelah masa kampanye usai, maka akan memasuki masa tenang dimana kegiatan kampanye sudah tidak diperbolehkan lagi. Pada kenyataannya, apakah peserta kampanye baik dari pasangan calon pemimpin daerah, legislatif, partai, atau tim sukses pasangan calon akan “PEDULI” dengan atribut kampanye mereka??? Apakah semua peserta melakukan kampanye “bersih”???
Dua pengalaman kampanye yang pernah penulis alami untuk organisasi di lembaga pendidikannya, lebih susah untuk mengakhiri masa kampanye daripada saat memulainya. Pada menjelang masa kampanye, maka saya dan tim sukses saya akan menyiapkan berbagai macam atribut kampanye. Saat masa kampanye, maka atribut-atribut kampanye itu akan kami sebar di daerah pemilihan yang akan mengikuti pemilihan umum. Tidak hanya atribut kampanye dari tim sukses, tetapi banyak juga atribut kampanye yang muncul dari simpatisan tanpa diduga. Pada masa kampanye akan berakhir, ternyata akan lebih susah lagi menjalankannya, karena kami akan menjalani masa tenang dimana seluruh kegiatan kampanye dihentikan dan atribut kampanye harus dibersihkan. Saya dan tim sukses bergerak menelusuri, mengingat, dan menurunkan semua atribut-atribut kampanye yang pernah kami gunakan. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban sebagai peserta kampanye serta sebagai wujud kepedulian akan kebersihan lingkungan sekitar kita.
Jika melihat keatas, kepada pemilu yang pernah di gelar di negeri ini, kampanye “bersih” masih jarang diterapkan. Maksudnya disini adalah kebanyakan peserta kampanye akan menelantarkan atribut kampanye mereka seolah lupa tidak mengucapkan terima kasih terhadap atribut dan lokasi pemasangan alat kampanye itu. Banyak sisi-sisi kota di Indonesia yang masih tertempel sisa-sisa alat kampanye, dan keberadaannya sungguh mengganggu pemandangan kota. Pada tahun 2012 ini, masih dapat kita temukan atribut kampanye untuk pemilu 2009 bahkan 2004 di beberapa tempat. Alangkah peserta kampanye ini tidak menunjukan sikap PEDULI dalam arti sesungguhnya pada lingkungan daerah kampanye mereka.
Contoh alat kampanye di salah satu dinding kota Jakarta (Gambar sengaja disamarkan)
Gambar diatas menunjukan contoh atribut kampanye yang ditempel didinding suatu tempat di jakarta. Bayangkan enam pasangan calon dalam pilgub DKI Jakarta melakukan penempelan alat kampanye mereka. Bahan yang susah untuk dilepas itu akan menghiasi banyak sisi ibu kota negara. Setelah masa kampanye alat-alat kampanye akan ditelantarkan begitu saja oleh pasangan calon dan tim suksesnya. Beberapa orang terkait berdalih nanti ada petugas yang bertanggung jawab untuk membersihkannya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) memang mempunyai tugas untuk menertibkan alat-alat kampanye, utamanya sebelum dan setelah masa kampanye telah selesai. Begitu tidak pedulinya jika membiarkan alat-alat yang membantu mereka untuk menarik suara rakyat mereka biarkan begitu saja untuk ditertibkan oleh petugas KPU. Dan SESUNGGUHNYA dari hal sepele inilah yang menunjukkan bahwa sebenarnya mereka para peserta kampanye TIDAK PEDULI akan lingkungan yang akan mereka urus. Mengurus “barang” mereka sendiri yang mereka gunakan untuk pertarungan menjadi orang nomor satu di daerahnya masing-masing saja BELUM MAMPU, apalagi ketika diserahi tanggung jawab untuk mengurusi daerahnya. Hasilnya???
Jika kita harus memilih Anda sesuai dengan ajakan poster-poster yang Anda tempel, kenapa Kami harus memilih orang yang menambah kotor lingkungan? Mengapa Kami harus memilih Anda yang tidak peduli dengan “barang” Anda sendiri? Mengapa Kami harus memelihara kebersihan lingkungan yang nantinya secara berkala akan Anda kotori lagi dengan “barang-barang” yang Anda telantarkan itu? Mana rasa peduli rakyat dan lingkungan yang Anda gembar-gemborkan dalam pidato kampanye Anda? “Barang” anda sendiri saja Anda telantarkan tidak diurus, apalagi mengurus Kami rakyat yang memiliki pelbagai problematika dan liku-liku hidup.
Tulisan ini bukan melarang untuk melakukan kampanye secara besar-besaran dan tidak membatasi cara berkampanye. Lakukan kampanye sesuai aturan dan  jadwal yang telah ditentukan untuk menarik suara rakyat, lalu BERSIHKAN kembali seluruh atribut yang Anda gunakan untuk berkampanye. Mari adakan kampanye sehat dan “bersih”, tunjukkan pada rakyat bahwa memang Anda peduli dengan lingkungan yang akan Anda pimpin siapapun orangnya. Selama ini pembersihan alat kampanye hanya mengandalkan pada petugas KPU yang melakukan penertiban. Selain itu, pembersihan hanya dilakukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah muak dengan embel-embel kampanye yang merusak pemandangan lingkungan mereka.
Sudah cukuplah dinding-dinding di banyak sudut kota ini dikotori dengan iklan-iklan liar, iklan sedot WC, pasang antena, obat-obatan, aqiqah, badut ulang tahun, dan sebagainya. Iklan-iklan liar itu sudah sangat mengganggu pemandangan kota, jangan Anda tambahi dengan “barang-barang” Anda yang anda telantarkan begitu saja setelah kampanye usai. Rapihkan kembali tempat yang anda gunakan untuk menaruh barang-barang Anda tersebut, jangan menambah banyak tempelan iklan yang seharusnya dibersihkan juga dari sudut-sudut kota. Walau memang terlihat susah untuk melakukannya, namun memang sudah menjadi tugas Anda dan tim sukses Anda untuk membereskan barang-barang Anda kembali. Mari wujudkan kampanye “bersih” yang benar-benar tidak ada alat-alat kampanye yang “ditelantarkan” setelah masa kampanye usai.
Selain masalah "barang" yang ditelantarkan pemiliknya, kampanye "bersih" lainnya adalah masalah sampah yang bertebaran. Tempat-tempat yang selesai digunakan untuk kampanye publik biasanya akan dipenuhi dengan sampah. Sekali lagi, mohon tunjukkan sikap PEDULI Anda terhadap lingkungan yang nantinya akan menjadi tanggung jawab Anda.



Artikel Lainnya :
Opini Menuju DKI 1 2012-2017
OPSI KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI
SUMBANG PEMIKIRAN APBN SUBSIDI BBM
Kreatifitas Mahasiswa Baru Menghadapi Ospek
Target Rendah Hasilnya Tidak Maksimal
KELEMAHAN BUKAN UNTUK SELAMANYA



1 komentar: