Bintaro, 10 Juli 2012.
Juara bertahan adalah julukan yang disematkan kepada seseorang atau tim yang meraih gelar juara pada pertandingan atau musim kompetisi sebelumnya. Namun Aku dan teman-teman SMA setelah selesainya kompetisi sepakbola Liga Smasa 2006, mengartikan juara bertahan sebagai juara karena bertahan. Opini dari banyak penikmat sepak bola saat menyaksikan permainan sepak bola negatif atau menerapkan pola bertahan akan membosankan. Hal tersebut tidak berlaku pada suatu pengalaman bertandingku karena Kami dipaksa menerapkan pola bertahan. Penonton pertandingan itu pasti merasa gregetan dan terkesan dengan pertandingan sepak bola di Final Liga Smasa 2006.
Pola permainan bertahan atau sering disebut catenaccio adalah strategi permainan yang fokus pada pertahanan dan mengandalkan serangan balik untuk mencetak gol. Catenaccio sampai saat ini diidentikkan dengan gaya permainan Italia, selain itu Yunani juga pernah sukses menerapkan pola permainan bertahan saat menjuarai Euro 2004. Sebenarnya tidak ada yang melarang untuk sebuah tim menerapkan pola permainan bertahan, hanya dinilai membosankan karena cenderung monoton dan hasil pertandingan mudah ditebak
Aku sendiri bersama timku pernah dengan terpaksa menerapkan sepak bola bertahan di Final Liga Smasa 2006. Sebenarnya kami bukan penganut pola permainan bertahan sebagaimana dikisahkan pada “Laga Arzheyga di Liga Smasa 2006”. Di partai final, Kami (timku) dipaksa untuk bertahan karena kami menghadapi tim total football yang pernah mengalahkan Kami skor 0-4 pada fase grup. Tidak ada yang berubah dari segi taktik, pemain, dan pola permainan Kami untuk menghadapi final. Perbedaan hanyalah dari semangat Kami untuk menghadapi final dan berniat untuk tampil sebagai juara. Tujuan Kami sebelum pertandingan seperti yang diutarakan di “Target Rendah Hasilnya Tidak Maksimal”, Kami mengatakan pada diri sendiri dan tim bahwa “Ini final, tanggung jika tidak juara”. Sesuai dengan jargon tim, Kami akan membuktikan bahwa XI IA 3 “BISA”.
Formasi tim Kami selama menjalani kompetisi Liga Smasa 2006 seperti di bawah ini:
Susunan Pemain Arzheyga |
Formasi di atas Kami gunakan pada setiap pertandingan Liga Smasa 2006. Kami hanya sekali melakukan rotasi susunan pemain, yakni saat partai terakhir fase grup melawan tim X F. Pola permainan awal yang Kami dan lawan Kami terapkan di partai final kurang lebih seperti di bawah ini :
Susunan Pemain di Partai Final Liga Smasa 2006 |
Memahami lawan Kami adalah lawan yang sangat tangguh, menganut pola permainan total football, Kami tidak dapat berbuat banyak. Pola serangan yang Kami lakukan tidak terlalu banyak dan cenderung monoton. Pada saat Kami menguasai bola kurang lebih komposisi permainannya seperti ini :
Komposisi Formasi Menyerang Arzheyga |
Kami tidak pernah benar-benar menyerang daerah pertahanan XI IA 4. Kami tidak dapat menjangkau daerah pertahanan lawan. Kami hanya mengandalkan serangan balik, caranya saat Aku menguasai bola maka akan Aku tendang sejauh-jauhnya dan meninggikan bola sebisa mungkin. Harapannya bola sampai ke gawang lawan berharap kiper lawan tidak bisa mengantisipasinya. Bola yang tinggi membuat para pemain takut untuk menyundul bola. Ternyata tidak hanya pemain lawan yang takut untuk menyundul bola tapi kawan-kawanku pun tidak berani untuk mennyundulnya. Kesempatan lain yang diinginkan adalah salah antisipasi pertahanan lawan sehingga Kami bisa menciptakan peluang. Namun kesempatan itu tak kunjung terwujud karena kokohnya pertahan tim lawan. Sepanjang pertandingan, Kami hanya dapat melepaskan dua tendangan yang jauh dari sasaran dan salah satunya berasal dari bola mati.
Kekuatan tim Kami merata tidak ada yang menonjol, beda halnya dengan tim lawan yang kualitasnya menonjol semuanya. Bahkan kebanyakan pemain XI IA 4 adalah pemain timnas sekolah Kami. Menghadapi permainan total football memaksa Kami untuk bermain di belakang. Pemain lawan mengurung pertahanan Kami, bahkan lima pemain lawan mengelilingi kotak penalti Kami layaknya pola penyerangan dalam permainan basket. Kurang lebih pola permainan yang kami terapkan pada saat bertahan seperti di bawah ini :
Komposisi Formasi Bertahan Arzheyga |
Sepanjang pertandingan serangan selalu mengarah ke gawang Kami, tidak ada keleluasaan bagi Kami untuk menguasai bola. Gempuran demi gempuran dari semua lini dilakukan tim lawan, dan kami hanya bisa berusaha menghalaunya. Bahkan di babak pertama pernah terjadi kemelut yang begitu menegangkan. Penyerang lawan lolos dari kawalan lini belakang Kami, lalu Aku berusaha maju ke depan untuk menutup ruang geraknya. Aku menjatuhkan diri untuk menghalau bola namun bola bisa melewatiku dengan kerasnya menuju gawang yang sudah kosong. Untungnya bola masih membentur tiang kanan. Lalu bola dibuang oleh pemain belakangku, namun dapat di kuasai oleh penyerang lawan kemudian ditendang lagi tapi masih dapat diblok pemain belakang. Bola memantul ke pemain lawan lagi, tendang lagi dan berhasil di halau lagi. Kali ini bola melambung kemudian disundul oleh pemain lawan, masih dapat dihalau kembali. Pemain lawan lagi yang menendang keras ke arah gawang, kemudian dihalau lagi. Sementara kemelut yang benar-benar di depan gawang itu terjadi, Aku sebagai kiper hanya bisa terperanga menyaksikan kejadian itu dari posisiku saat menjatuhkan diri untuk menghalau tendangan pertama. Aku baru tersadar saat Guru Olahragaku berteriak “Gha balik Gha, diem aja”. Saat itu juga Aku berlari menuju gawangku seiring tendangan lawan dan untungnya bola yang menyusur tanah itu masih menyamping di kanan gawang.
Selama pertandingan, Kami memang diserang habis-habisan oleh XI IA 4 dan akan serentak meneriakaan kata “buaaanggg” pada saat bola berada pada salah satu pemain Kami. Bola yang langsung ditendang ke depan jika tidak dapat diterima oleh pemain Kami, setidaknya bisa memberikan Kami waktu untuk beristirahat dulu dalam mengatasi serangan-serangan lawan. Selain itu, hal yang sering Kami lakukan adalah menanyakan waktu kurang berapa menit lagi kepada Wasit. Terasa lama sekali bagi Kami untuk mengakhiri pertandingan yang berdurasi 2 x 30 menit itu. Ketika pertandingan sudah dinyatakan masuk masa tambahan waktu babak kedua, pertandingan masih berlangsung tanpa adanya gol yang tercipta. Periode tambahan waktu ini terasa lebih lama lagi karena kami sudah tidak sabar untuk mengakhiri pertandingan Final ini dengan skor seri.
Serangan lawan selalu mengancam lini pertahanan dan banyak sekali tendangan yang dilepaskan menuju gawang Kami. Sebanyak itu pula Kami berhasil mempertahankan gawang kami dari kebobolan. Penutup babak kedua adalah tendangan yang berasal dari tendangan bebas yang mengarah ke sisi kiri gawang Kami. Di tiang tersebut sudah bersiaga Donny untuk menyundul bola ke arah depan, seketika itu pula Aku berteriak “LEPAS, Don”. Waktu terasa melambat saat itu karena Aku merasa ragu-ragu akan mengambil bola itu atau membiarkan Donny menyundul bola tersebut. Mungkin Donny juga mengalami keraguan yang sama saat melihat ekspresinya dan kepalanya yang masih berusaha menyundul bola. Akhirnya Aku berlari dari sisi tengah gawang kemudian meloncat dan menghalau bola ke sisi kiri gawang dan menghasilkan tendangan sudut. Tendangan sudut diambil oleh Rastra kapten tim lawan yang mempunyai kebiasaan menendang langsung tendangan sudut yang dihadapinya sama seperti yang biasa Aku lakukan. Bola melambung melengkung dan mengarah tepat di atasku, Bola Aku tinju dan dapat dikuasai oleh pemain belakang Kami. Seperti biasa, Aku teriakan “BUAANGGG”. Bola kemudian dibuang secara asal ke arah depan dan “PRIT PRIIT PRIIIITTT”.
Pertandingan selesai seperti yang Aku inginkan, hasil membanggakan untuk tim yang sepanjang pertandingan 2 x 30 menit selalu bertahan dan diserang habis-habisan. Aku pun merasa lega karena tidak ada bola yang berhasil bersarang di gawangku selama 2 x 30 menit. Pertandingan yang memuaskan walau belum benar-benar usai. Tim merasa Kami sudah keluar sebagai juara karena capaian prestasi Kami yang mampu membendung serangan yang bertubi-tubi dan mempertahankan diri untuk tidak kebobolan. Apapun hasilnya nanti pada lanjutan pertandingan partai Final ini, Kami merasa sudah keluar sebagai juara dengan capaian ini. Mampu menahan seri tim XI IA 4 yang demikian superior dan total football-nya yang selalu mengancam gawang Kami setiap waktu. Hasil seri pada partai Final ini akhirnya akan memasuki babak berikutnya untuk mencari siapa pemenang dari partai Final Liga Smasa 2006.. Cerita lanjutan partai Final ini akan ditulis dalam artikel “Juara (Karena) Bertahan (Part 2 of 2)”.
Artikel Lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar