Kamis, 12 Juli 2012

Laga Arzheyga di Liga Smasa 2006

Bintaro, 10 Juli 2012

Liga Smasa 2006 diselenggarakan oleh OSIS SMA Negeri 1 Probolinggo pada bulan Februari-April 2006. Peserta kejuaraan sepak bola ini sebanyak 6 tim dari kelas X (sepuluh), dan 6 tim dari kelas XI (sebelas). Format  kompetisi diawali dengan fase grup yang terbagi menjadi dua grup. Satu grup terdiri dari 6 tim yakni 3 tim dari kelas X dan 3 tim dari kelas XI. Juara dan runner-up masing-masing tim berhak lolos ke babak semifinal. Pertandingan digelar di lapangan sekolah Kami yang bernama Santiago Berdebu jika musim kemarau, dan berubah nama menjadi All Celot (lumpur) saat musim hujan.

Setiap pertandingan, Kami (Arzheyga) selalu menerapkan formasi yang sama yakni 4-3-2-1. Strategi andalan Kami adalah menguasai lapangan tengah, dengan meninggalkan satu target man di depan. Lini depan Kami diisi seorang pemain bertubuh mungil yang selalu mengandalkan permainan cantik dan penampilan ciamik untuk menarik perhatian para wanita yang menonton di lapangan. Tak peduli seberapa besar peluang yang Dia dapat, gocek bola adalah yang utama meski sudah sendirian di depan tanpa pengawalan siapapun. Hehehe. Sedangkan pemain lainnya tidak ada yang menonjol atau bisa dikatakan ahli mengolah si kulit bundar. Semua kemampuan Kami merata dan mungkin itulah yang menjadikan Kami sebagai sebuah tim yang harus bekerja sama karena tidak ada yang lebih menonjol antara para pemain. Kami melakukan serangan melalui kedua sayap dan mengerucut ke tengah saat memasuki daerah pertahanan lawan. Formasi tim Kami kurang lebih seperti yang ada di bawah ini :

Susunan Pemain Arzheyga

Permainan Kami dipimpin Kapten Tim yaitu Teguh sebagai pemain jangkar sekaligus jenderal lapangan tengah Kami. Pada saat bertahan Teguh turun ke belakang dan berfungsi untuk filter tendangan-tendangan jarak jauh lawan sebelum lolos ke daerah pertahanan. Selain itu ada Arief dan Ghika yang bisa diandalkan dalam memenangkan duel dalam bola-bola atas. Arief biasa melakukan sliding tackle ketika ada lawan yang lolos, dan semua itu dilakukan dengan bersih tanpa pelanggaran. Ghika dengan badannya yang tinggi besar ahli dalam melakukan pengawalan lawan. Di sisi kiri dan kanan adalah Moelyadi dan Donny yang memiliki kecepatan, jago merebut bola dari penguasaan lawan, dan sering membantu penyerangan melalui sayap. Aku sebagai Kiper merasa nyaman sekali berada di belakang Mereka karena pertahanan lini belakang Kami sangat kokoh. Saking nyamannya mempunyai lini belakang yang kokoh, membuat Aku sebagai kiper sering maju kedepan untuk membantu serangan. Entah itu melakukan giringan pada saat melakukan serangan balik atau melakukan tendangan bebas atau sepak pojok. Namun masih belum bisa mencetak gol, hanya membuat rekor 3 kali mengenai mistar gawang lawan (2 melalui tendangan bebas, 1 melalui tendangan sudut). Satu-satunya gol yang pernah Aku ciptakan saat pertandingan terakhir fase grup karena saat itu Aku bertukar posisi dan menjadi penyerang dan Teguh yang menjadi Kiper.

Lini tengah adalah yang paling penting dalam tim Kami, karena lini tengah sebagai satu-satunya cara untuk membongkar pertahanan lawan. Irwan dan Bambang adalah dua pemain sayap berpostur kecil namun memiliki ketenangan  dalam penguasaan bola dan melewati pemain lawan. Di depan Mereka ada Danang dan Lukman yang siap mengolah umpan dari sayap untuk menciptakan peluang bagi Kami. Bambang, Irwan, Danang, Lukman akan menerima dan mengolah bola yang dibagikan oleh sang kapten Teguh dari lini tengah, dan harus bisa mengirimkan umpan yang benar-benar sangat emas pada Ramadhani yang akan mengkonversinya menjadi Gol walaupun Kami harus berharap-harap cemas terlebih dahulu. Lini tengah kami juga sering menjebol gawang lawan dalam membantu serangan, dan lini belakang juga tak kalah dalam hal mencetak Gol. Lini belakang sering naik membantu penyerangan pada saat serangan balik atau tendangan bebas atau tendanan penjuru dan dapat mencetak Gol melalui sundulan.

Sementara empat pemain cadangan Kami siap untuk dimainkan di posisi mana saja yang membutuhkan. Kami akan melakukan pergantian pemain jika ada pemain Kami yang sudah kehabisan tenaga atau melakukan rotasi saat tim Kami sudah ungul dari lawan. Biasanya justru harus membujuk terlebih dahulu untuk mereka mau bermain menggantikan pemain Kami yang sudah tidak sanggup meneruskan pertandingan. Namun itulah serunya karena harus berusaha membujuk dan saling tunjuk siapa yang akan masuk ke lapangan menggantikan pemain yang sudah kehabisan tenaga. hehehe

Arzheyga (XI IA 3) menutup fase grup dengan rekor empat kali menang dan sekali kalah. Satu-satunya kekalahan Kami adalah saat menghadapi juara grup, XI IA 4 tim yang mempunyai pola permainan total football ala Belanda. Skornya pun tak tanggung-tanggung, empat gol tanpa balas. Sebelum pertandingan melawan XI IA 4 di fase grup, Kami memang sudah pesimis untuk dapat menang dari mereka dan memutuskan untuk bermain lepas seperti yang dikisahkan di "Target Rendah Hasilnya Tidak Maksimal".

Arzheyga berhasil lolos dari Grup B yang dijuluki sebagai grup neraka dengan status runner-up grup. Juara grup B adalah XI IA 4, sementara juara dan runner-up grup A berturut-turut adalah XI IA 1 dan X B. Sesuai dengan format tim maka di semifinal Arzheyga akan bertemu dengan juara grup A yakni XI IA 1, dan XI IA 4 akan bertemu dengan runner-up grup A yakni X B. Hasil ini diluar dugaan karena X B yang diunggulkan untuk menjuarai grup A bahkan menjuarai Liga Smasa 2006 harus puas sebagai runner-up grup A. Hal ini tak lepas dari beberapa pemain kunci mereka berhalangan untuk tampil pada laga yang telah dijadwalkan.

Pertandingan semifinal pun digelar antara XI IA 4 melawan X B. Pada pertandingan ini lagi-lagi beberapa pemain kunci X B tidak dapat bertanding karena sedang mengikuti lomba band di kota Jember. Pemain X B yang berhalangan hadir salah satunya adalah Poernomo yang merupakan pemain klub sepakbola profesional Probolinggo, Persipro. Pada partai ini XI IA 4 cenderung tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk mengalahkan X B dengan komposisi pemain X B yang tidak komplit.

Semifinal lainnya adalah tim Kami (Arzheyga) melawan kesebelasan XI IA 1, sedikit beruntung bagi Kami karena tidak harus melawan X B di laga semifinal. XI IA 1 mempunyai kemampuan yang setara dengan Arzheyga. Sebelum laga, Arzheyga sering menggelar latihan sebagai bentuk persiapan melawan XI IA 1. Namun pada latihan kali ini sedikit berbeda dari sebelum-sebelumnya karena Aku meminta untuk berlatih tendangan penalti untuk mengantisipasi kemungkinan dilakukan adu penalti. Latihan penalti pun Kami jalani beberapa kali untuk mengetahui siapa saja yang akan melakukan tendang penalti jika benar-benar akan ada adu penalti. Entah kenapa Aku sendiri menginginkan adanya adu penalti.

Pada saat semifinal melawan XI IA 1, Kami tetap menyatukan suara dengan jargon “IA 3 BISA” dan bertekad untuk melaju ke Final Liga Smasa 2006. Pertandingan pun digelar, keseruan dan saling serang dilakukan secara bergantian. Harapanku untuk melangkah ke Final sedikit pudar ketika babak pertama penyerang XI IA 1 Andhika mendapatkan ruang bebas untuk menembak bola ke arah gawang. Pemain belakang terlambat untuk menutupnya, bola dengan kencang mengarah ke kiri atas gawang dan tidak mampu Aku halau. Gol yang sangat cantik itu sedikit membuatku khawatir dan selalu berdoa untuk minimal bisa membalas satu gol saja dan mengandalkan adu penalti. Beda pemikiran denganku, ternyata kawan-kawanku malah menjadikan Gol tersebut sebagai momen kebangkitan Kami. Hasilnya tak disangka ternyata Kami dapat membalikkan kedudukan sebelum babak pertama usai. Harapan dan semangat Kami untuk memasuki Final Liga Smasa semakin kuat. Babak kedua berjalan lebih seru dari babak pertama, namun sampai berakhirnya pertandingan tidak ada tambahan Gol dari kedua tim. Pertandingan berakhir dengan skor 2 – 1 untuk kemenangan Arzheyga terhadap XI IA 1.

Kami (Arzheyga) berhasil melaju ke Final Liga Smasa 2006 akan melawan tim yang pernah mengalahkan Kami dengan empat gol tanpa balas, yakni XI IA 4. Sementara itu, XI IA 1 berebut posisi ketiga melawan X B. Perebutan juara 3 ditentukan lewat adu penalti dan akhirnya dimenangkan oleh XI IA 1. Arzheyga sendiri mendapat dukungan dari banyak pihak untuk mengalahkan XI IA 4 di final karena belum ada tim yang bisa menghentikan superioritas mereka. Kami sendiri mempunyai keinginan untuk membalas kekalahan telak Kami di fase grup dan bertekad untuk menjadi Juara Liga Smasa 2006. Bagaimana Final Liga Smasa berlangsung, seberapa serunya pertandingan itu? Cerita Final Liga Smasa 2006 akan disampaikan pada artikel berjudul Juara (Karena) Bertahan (Part 1 of 2).

Skuad lengkap tim Arzheyga dapat dilihat seperti di bawah ini :


Artikel Lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar